Short Story: Menembus Waktu (Indonesian Literature)


Menembus Waktu
Made by : Fahri Farih Kusuma


Assalamu'alaikum wr.wb.

Welcome to my blog:)
So this is my short story which I wrote for an internal competition in my school (maybe two or one year ago). I hope you enjoy it guys. If you are not able to speak Indonesian, please change the language, OK guys... Happy reading...

16:32
Kotagede, 11 Maret 2016

Sore itu, hujan gerimis turun membasahi lapangan basket usai kami latihan baris - berbaris. Kami duduk di lantai bawah kanopi sambil mengeringkan keringat. Iko dan teman - temannya berjalan menghampiri kami, dia membawa tas merah yang berisi kertas yang digulung, yang ujungnya terlihat di atas kepalanya.

"Hei Fano, kenapa kau tak berangkat ke pertemuan PUSREC (Puspanegara Research Community) sore ini?" tanya Iko padaku. "Maaf, tadi ada panggilan mendadak tonti." jawabku. "Baiklah, jika kau tak berangkat pada pertemuan berikutnya, namamu akan dicoret." dia mengancam ku. "Tak masalah, aku yakin proyek itu tak akan selesai tanpaku." jawabku dengan tenang. "Kita lihat saja nanti." kemudian mereka meninggalkan kami.

Besok aku harus menghadiri pertemuan untuk proyek itu atau aku dikeluarkan. Aku sudah menyiapkan tambahan desain untuk proyek itu. Aku yakin temuan kami itu akan mengubah dunia.
Hari Sabtu yang cerah, aku berpamitan pada orang tua ku. Jarak rumah dengan sekolah ku tak terlalu jauh, hanya sekitar empat kilometer. Gerbang belum dibuka, aku melihat Pak Is sedang berjalan mendekati gerbang untuk membukanya. "Selalu pagi Fan?" tanya Pak Is. "Tentu." jawabku singkat. Pak Is sudah menjaga sekolah ini puluhan tahun lamanya, kumisnya yang lebat membuat orang asing takut untuk berbuat kejahatan.

Aku menanti cleaning service untuk membuka pintu kelas ku. Tak lama kemudian, beliau datang. Aku pun langsung menaruh tas ku di bangku depan papan tulis. Aku membersihkan ruang kelas walau ini bukan jadwal piketku. Satu persatu teman - teman ku berdatangan. Mereka tak lupa mengucap salam padaku, karena sekolah kami memang sekolah yang mengedepankan akhlak, ya, sekolah afeksi.

Tak terasa, kegiatan belajar mengajar telah usai, aku langsung bersiap - siap menuju laboratorium pribadi milik PUSREC. Disana, aku menyiapkan presentasi tentang tambahan desain itu. Iko kemudian datang. "Apa itu Fan?" tanyanya. "Lihat saja nanti." jawab ku. Iko adalah siswa peringkat dua setelah ku, wajar apabila kami sering beradu dalam prestasi. Terakhir kali kami mengadu shooter drone, yang akhirnya punya ku kalah karena baling - baling drone - ku tertembak lalu kehilangan keseimbangan. Pembimbing kami kemudian datang, beliau adalah Pak Levi. Beliau adalah guru fisika kami. "Hanya kalian bedua?" tanya beliau. "Yang lain belum datang Pak." jawab ku.

Anggota kami berjumlah tujuh orang, ya, memang sedikit, karena kami adalah orang - orang terseleksi dari 90-an orang yang mendaftar pada proyek ini. Proyek ini adalah proyek terbesar kami. Kami sudah bekerja selama tujuh bulan untuk proyek ini. Walaupun baru 80%, namun kami yakin, dalam waktu sebulan ke depan, kami sudah bisa menggunakan alat ini. Kami namakan alat ini, "FP (Future - Past) - 150 Watch."

"Baik anak - anak, pada pertemuan yang ke - 49 ini, kita akan melanjutkan proyek kita, saya harap pada pertemuan kali ini, akan muncul ide - ide baru yang dapat membuat proyek ini menjadi lebih bagus lagi." terang beliau. "Silakan bagi yang mau mempresentasikan idenya, apakah ada?" tanya beliau. "Saya Pak." jawabku.

"Proyek kita adalah proyek dengan total dana yang sangat besar, dari pihak sekolah saja sudah mengeluarkan dana sebesar 14 juta, masih ditambah dengan dana dari para donatur yang kurang lebih lima juta. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkannya dengan sebaik - baiknya, dan pada saat ini, total dana yang sudah digunakan baru 75%, sedangkan sisanya belum ditentukan untuk keperluan apa. Maka, pada pertemuan sore ini, saya akan menjelaskan tambahan desain untuk proyek kita, yang kurang lebih akan memakan 25% sisa dana kita ini." terang ku.

Aku menjelaskan dengan detail tentang tambahan desain itu, sampai pertemuan itu hampir berakhir. "Baik, presentasi yang bagus, Fan." puji beliau. "Terima kasih." jawab ku. "Baik, seperti biasa, kita akan mengadakan voting suara untuk menentukan apakah kalian setuju atau tidak tentang tambahan desain tersebut." terang beliau. Votingpun dimulai, mereka mulai menuliskan pilihan mereka, dan pada akhirnya, ide ku berhasil disetujui. Besok adalah hari Minggu. Aku berencana pergi ke sekolah untuk mengambil desain proyek yang disimpan di laboratorium PUSREC. Kebetulan Pak Levi memberikan kunci ruangan itu pada ku.

Minggu pagi ini hujan cukup deras, aku memakai jas hujan untuk pergi ke sekolah. Kemarin aku sudah bilang kepada Pak Is untuk membukakan gerbang sekolah untuk ku. Rumah Pak Is begitu dekat dengan sekolah, sehingga aku dapat mengambil kunci gerbang sekolah di rumah beliau.
Aku membuka gerbang kemudian menguncinya kembali, agar tidak ada orang lain yang dapat masuk. Aku pun langsung menuju laboratorium PUSREC. Setelah masuk ruangan itu, aku menghidupkan lampu.

Aku kaget, disana sudah ada seseorang yang memakai jas hitam yang terlihat kekar dan menakutkan, yang sedang mencoba membuka lemari hitam. "Pak - Is, kau - kah i - itu?" aku bertanya sambil terbata - bata.

Kemudian dia membalikkan badannya, dan langsung mengarahkan pistolnya ke arah kepala ku. "Dimana kunci lemari hitam itu?!" dia bertanya dengan marah. "E - e, saya tidak tahu." aku berbohong. "Aku tahu kau membawanya. Cepat serahkan desain itu pada ku atau kepalamu hancur!" dia mengancam. "Ba - baiklah." jawabku. Kemudian aku berjalan dengan ketakutan, dan menuju lemari hitam itu. Aku masih ingat, di dalam lemari itu terdapat pisau, mungkin aku dapat menggunakannya. "I - ini." aku menyerahkannya. "Akhirnya." dia membukanya. Aku tak akan menyia - nyiakan kesempatan ini, aku pun menusuk tangannya, dan desain itu terjatuh ke lantai, aku pun mengambilnya dan berlari keluar ruangan itu.

Aku bersembunyi di dalam gudang, nafas ku terengah - engah. Aku mengintip orang asing itu, dia terlihat masih mencariku. Kemudian aku melipat dan memasukkan desain itu ke tas ku, aku juga menulis sebuah pesan di buku tulis. Dia semakin mendekat. Suara petir semakin membuat ku ketakutan. Aku melihat cangkul di dalam gudang, kemudian aku mengambilnya dan menggunakannya untuk mengubur tas ku. Setelah selesai, saatnya aku bertarung,
"Hahaha, disini kau rupanya." dia tertawa. "Dimana desain itu?!" dia sangat marah. "Ayo lawan aku!" aku menantang. "Aku hanya ingin desain itu, Nak." katanya. "Lewati dulu mayat ku." tantang ku. Aku tidak akan membiarkan desain proyek itu hilang. "Rasakan ini!" aku mengangkat cangkul itu dan melukai kepalanya dengan itu. Kepalanya berdarah, namun aku terlambat. Dia sudah menembak dada ku.~




07:23

Kotagede, 17 September 2205
Pagi yang cerah, hari ini adalah HUT - Mache yang ke - 256, sekolah ku mengadakan acara semacam pesta untuk merayakannya. "Dimana kacamata elektrikmu, Ren?" tanya Gustaf. "Terjatuh saat aku memasuki flying bus." jawab ku. Drone - drone berterbangan kesana - kemari untuk menyiapkan pesta. "Ayo kita berfoto bersama, Ren." ajak Gustaf. "Tidak tanpa kacamataku." tolak ku. Kemudian dia menghampiri Tiara untuk berfoto bersama. Drone milik Photograpenta mengambil foto mereka. "Gustaf, ayo ke kelas!" ajak ku. "Oke, setelah ini!" jawabnya dari tengah lapangan.

Kami menggunakan lift untuk sampai ke lantai empat karena jetpack (Tas terbang) kami sedang kurang baik. "Hei kawan, aku baru ingin mengajak kalian keluar tapi kalian malah naik." kata Yusuf. Tangannya yang besar dan kuat menyeret kami turun, kamipun menurutinya.

Sekolah kami mengadakan gerakan tanam pohon pada kali ini, dan setiap siswa membawa peralatan botani untuk acara ini. "Kau ingin tanam dimana?" tanya Yusuf sambil berjalan. "Ku pikir depan gudang kekurangan hijau - hijauan." jawab ku. "Baiklah, ide yang bagus." pujinya. Aku dan Gustaf mulai mencangkul tanah depan gudang, sedangkan Yusuf duduk di kursi sambil menikmati susu. "Lihat, apa yang kami temukan!" kata ku pada Yusuf. "Apa itu, tas merah? Buang saja." kata Yusuf. "Sebentar, di dalamnya ada sesuatu, FP (Future - Past) - 150 Watch Project Design?" aku membacanya. "Apa ini?" aku penasaran. "Mesin waktu berbentuk jam tangan?" tanya ku semakin penasaran. "Hei, ada tulisan di buku tulisnya. Selamatkan aku, kembalilah ke tanggal 13 Maret 2016 pukul 08:36. Tertanda, Fano." terus ku. Kemudian kami membawanya ke laboratorium PUSREC. Aku langsung memanggil rekan - rekan PUSREC - ku lewat speaker. Kamipun sangat kagum dengan proyek ini, dan dalam waktu dua jam, kami sudah dapat menyempurnakan desain itu. Esoknya kami berhasil membuat tiga buah jam tangan untuk sampel. "Siapa yang mau mencobanya?" tanya Yusuf. "Aku, aku yang akan menyelamatkannya." jawab ku. "Tapi ini terlalu berbahaya." kata Yusuf. Aku menyiapkan tas, buku, dan beberapa senjata. Aku juga membawa semua jam tangan itu, dan aku memakai salah satunya. "Ren, jangan main - main dengan itu." Gustaf mengingatkan ku. Tapi aku sudah menekan tombolnya, dan kini aku berputar - putar. Aku menghilang.~




08:31

Kotagede, 13 Maret 2016
Aku berada di sebuah tempat, sekolahan. Hujan turun cukup deras, aku harus mencari Fano sekarang. Aku berlari ke arah gerbang sekolah. Fano terlihat sedang membuka gerbang sekolah. "Fano, aku Ren. Ku peringatkan kau agar tidak masuk ruangan itu." kata ku. "Hei, siapa kau? Bagaimana kau bisa tahu nama ku? Kenapa kau ada di sekolah ku?!" tanyanya sambil menghampiri ku. "Aku dari masa depan, lihatlah jam tangan ini." kata ku. "Apa? Kau berhasil membuatnya?" tanya Fano. "Ya, begitulah." jawab ku. "Dengar, ada seseorang yang akan membunuhmu di sekolah ini." kata ku. "Aku tetap akan masuk." dia melewati ku. "Aku akan menemanimu." aku mengikutinya. Kami mulai memasuki ruangan itu, dan aku sudah memegang pistol laser-ku. Fano menghidupkan lampu. "Lihat, itu dia orangnya." kata ku. Aku langsung menembaknya dan dia pun menghilang tanpa bekas. "Hei, kau membunuhnya!" Fano marah. "Aku telah menyelamatkanmu. Percayalah, sekarang, aku harus pulang." kata ku. "Hei, tunggu dulu, aku ikut!" kata Fano. "Tidak bisa, kau harus menyelesaikan proyekmu." jawab ku. "Aku harus ikut." katanya. "Baiklah." kata ku. Akhirnya kami menuju tahun 2205.




07:23

Kotagede, 17 September 2205
"Dimana kacamata elektrikmu, Ren?" tanya Gustaf. "Terjatuh saat aku memasuki flying bus." jawab ku. "Hei, siapa yang ada di belakangmu?" tanyanya lagi. "Ehm, murid baru." jawab ku. "Perkenalkan, namanya Fano." kata ku. Merekapun berjabat tangan.
Tahun demi tahun telah Fano lalui. Sampai ia telah berkeluarga.




09:42

New York, 11 Januari 2257
Aku selamat walaupun kakiku luka bakar. Aku tak tahu nasib 53 orang di dalam sana, aku sangat panik. Mungkin Ren telah mati. Aku tak tahu harus bagaimana, laboratorium itu sudah dimakan si jago merah. Kemudian aku menuruni tangga, dan keluar dari gedung itu, dan aku melihat orang - orang berkumpul di depan gedung.
Aku harus menyelamatkan mereka, karena tanpaku, mereka pasti masih hidup. Aku masih memakai jas hitam laboratorium, dan membawa tas kerja ku. Aku punya ide, aku akan menggunakan jam tangan itu lagi untuk memusnahkan desain proyek itu. Kemudian aku berputar - putar. Menghilang.~

- TAMAT -

Wassalamu'alaikum wr. wb.

0 komentar:

Berikan tanggapanmu, terimakasih!