Enam Syarat Mencari Ilmu dengan Baik dan Benar

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6jcDjBMWNvxpPlXnAsK1TzFkpkfbvBqLDo0_Zhyy4xEQQBa2qv6wD5VdJ36H9IfqnIS9YvVyqeeAIumQDHDeG8A2IvQPYlACmJzccAHuO2evw_sWgG03eFX7T5j6UO3D2zEw-ymvNNIg/s1600/sekolah.jpg

     Assalamu'alaikum wr.wb.

     Sahabatku yang shalih, artikel saya pada kali ini berjudul "Enam Syarat Mencari Ilmu dengan Baik dan Benar." Artikel ini berisikan enam syarat yang wajib dimiliki oleh seorang pencari ilmu, baik di sekolah maupun pondok pesantren. Jika kalian ingin mendapatkan ilmu dengan baik dan haq, saya sarankan untuk membaca artikel ini.


     Berdasarkan kitab Alala, ada enam syarat mencari ilmu dengan baik dan benar, yaitu :

1.  Limpad / Cerdas

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEht-9_lS4CCvr82PI667_MQyO5HpyMDct__crXy4PKS5DVX0QfDUGmwU_ceTjVGXRmuZl8HQ8_y4oCglL-iuMo7rKYfdsjEL4Vbj8-9Ocq6gHc7SrsLH4YqDIL7mNymO0cB01jrbGi62b8/s1600/otak+cerdas.jpg

     Menurut pengertian, cerdas adalah kemampuan seseorang untuk memahami cara futuristik sesuai dengan kapasitasnya dalam mendayagunakan otak dan kemampuan berpikir lebih kreatif dalam menemukan sesuatu yang benar-benar tidak terpikirkan banyak orang. Jadi, cerdas disini juga dapat diartikan sebagai seseorang yang dapat menyelesaikan setiap masalah dengan lebih kreatif / caranya sendiri.

     Coba bayangkan, jika seorang murid yang malas dan otaknya tak pernah digunakan dengan baik, maka akan terjadi penurunan fungsi otak dan mengakibatkan kecerdasan orang itu menurun. Murid itu pasti tidak dapat menyelesaikan setiap masalah dengan optimal.

     Jika seorang pencari ilmu memiliki kecerdasan yang baik, pastilah sang guru dapat menerimanya dengan baik pula. Memang, cerdas bisa jadi diperoleh dari garis keturunan, namun apakah kita akan menyerah begitu saja untuk mendapatkan predikat itu. Tentu tidak jawabannya, yang harus kita lakukan saat ini adalah rajin belajar, karena kata pepatah, rajin itu pangkal pandai / cerdas.

2. Luba / Rakus akan Ilmu

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjG3U1fLrrSHwln1RRpXUB1KOeSI7zPDyGlWOwMfBh1rya0dDKVuKNkHeNl-n5hVLDr8csWQyN6K-etOa74w9P9Ao7hlqGUvtauLtpVCgU2IZDHfHMW_wBT0Mf4EzYvMkPLIqStFRzCTo4/s1600/rakus+ilmu.jpg

    Tentu kalian sudah tahu pengertian dari rakus bukan? Rakus adalah keadaan seseorang dimana ia merasa kurang terhadap apa yang sedang dihadapinya. Misalnya, rakus harta, makanan, minuman, tahta, dan lain-lain. Namun pernahkan terpikir di benak kalian bahwa ada "rakus" yang diperbolehkan dalam agama Islam? Rakus yang dimaksudkan disini adalah rakus ilmu dan amal.

 

   Allah swt. sediri memerintahkan kita agar berlomba-lomba untuk mencari kebaikan. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 148 yang berbunyi :

وَلِكُلٍّ۬ وِجۡهَةٌ هُوَ مُوَلِّيہَاۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٲتِۚ أَيۡنَ مَا تَكُونُواْ يَأۡتِ بِكُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ۬ ١٤٨

Yang artinya : "Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblat-nya (sendiri) yang ia menghadap kepadnya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kami berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."

    Atas dasar tersebut, berarti rakus dalam hal ilmu itu sangat dianjurkan. Rakus ilmu berarti kita haus akan ilmu. Kita tidak boleh puas dalam mencari ilmu, apabila telah selesai satu urusan, kerjakanlah urusan yang lain. Dengan istiqamah beribadah khususnya mencari ilmu, insya Allah kita dapat menjadi hamba berilmu yang diridhai Allah swt.

3. Sabar

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRKyHYR3v6JLFuqkeD3xCKcb2gCvx94B0fgU6BPFCTsH8B6uxjDCcyM5Um_jB6H8_Qh3zUCq1UTKFLnItNLyrRvEbhURFMHrGWwI20trfiL_HIE6zUViu3_YqVu3Vftalb3e420IXowfk/s1600/sabar.jpg

   Untuk menghadapi setiap hal memang membutuhkan kesabaran. Sabar adalah menerima dengan lapang dada semua yang dihadapinya. Termasuk juga dalam hal mencari ilmu, apabila pembelajaran sulit diterima akal, maka bersabarlah dan teruslah berusaha untuk memahami pelajaran.

   Sabar ketika mendapatkan musibah juga dibutuhkan. Misalnya ketika seorang murid yang ternyata mendapatkan nilai jelek sehingga ia tidak lulus, peran sabar disini sangatlah dibutuhkan. Coba bayangkan, apabila murid tersebut tidak bisa bersabar, mungkin ia akan putus sekolah atau mungkin lebih buruk dari itu.

   Contoh lagi dalam hal mencari ilmu adalah ketika seorang guru yang mengajar murid-muridnya sebuah kitab yang isinya lebih dari 100 halaman, sang guru hanya mengajar setengah atau satu halaman per hari. Setiap hari hanya diulang-ulang saja pelajaran itu, sampai-sampai ada murid yang kurang sabar dan ingin segera menyelesaikan kitab itu. Murid yang tidak sabar mungkin akan merasa jengkel terhadap gurunya. Murid yang seperti itulah yang tidak patut kita contoh. Dalam mencari ilmu, hendaknya harus dipahami dengan detail dan waktu yang lama agar ilmu itu dapat matang dan dikuasai.

4. Ada bekal

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEznHPxehFlVXIhvOrcyYFP7otBxum0ZsJ_Fp1mbtbWU0id-wbrYDmLDxemvLY30QUQZBAMVY3RFsgia0cPgt9Xoc_66YSRVv320Dqk0lQFiKI0gK97CNulT23l2qfSkwk5d2uU6opX-Q/s1600/uang.jpg

  Maksud bekal disini dapat berupa bekal uang, buku, dan mental. Dalam pendidikan zaman sekarang, uang memang menjadi kebutuhan. Sekolah ataupun pondok pesantren mewajibkan membayar SPP kecuali bagi yang kurang mampu dan berprestasi sehingga mendapat beasiswa yang dapat meringankan pembayaran, atau bahkan gratis.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwYAcmuc4jA-0n8TXkVYWpPzXyh2dUnuQXtsgREYANWmEv3biQVs0NZrhvPSS0-wBwC5Gd6DRSr8zPpwKtH3siRATonuH1McP6yemdOTuU0KuttzNUMGHqvZCPSrBP1T8sP4vASfntgVI/s1600/buku.jpg

  Dapatkah kalian belajar dengan optimal tanpa adanya buku? Tentu saja tidak. Buku menjadi barang primer bagi seorang pelajar. Dimana kalian menulis pelajaran yang didapatkan sehabis menerima pelajaran? Ya, di buku tulis. Dalam hal mencari ilmu minimal ada tempat untuk menulis pelajaran, dan juga ada buku/kitab yang dipelajari. Jika ingin sukses, seorang pelajar harus rajin menulis dan membaca buku.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhT0nY9Y5qGmHnfNjIXJBQzZs44eSJnzdC9I6vV5VPYZM4CovsBvEriyCPfxxVqnQ1Pp4GS9ZinyLzq5Ydfbv6lNoa1F5MQJF3eZAbXu-_3bJiDY9hHZfjm4uH2kqeWe2_i6LA7shi-fjY/s1600/semangat.jpg

  Mental. Di dalam dada kalian harus tertanam mental/percaya diri yang kuat. Percayalah bahwa kalian dapat mencari ilmu dengan mudah dan lancar. Murid yang minder dan kurang percaya diri disebabkan dianggap bodoh atau miskin oleh teman-temannya maka akan sulit menerima pelajaran. Mental yang kuat dan tinggi akan memimpin tubuh seorang pelajar dalam mencari ilmu. Semangat yang tinggi dan tak pernah pudar akan mengantarkan seorang pelajar menuju kesuksesan.

5. Petunjuk / pertolongan guru

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglzEJXF6D8haBBLBC91FCExas_EDtacCNA7LFlfRC_xKLlV2ZdNAyv8WrmPDLY9GYl-u3TDzqQi307_Du2ZwOmjmd9m0laaOILFlNrJHk_ih_XMVHpGegJPlZmGvSNssZJ3p4Szmj05cI/s1600/guru.png

  Belajar yang baik adalah ketika bersama petunjuk dan pertolongan guru. Belajar tanpa guru juga dapat menyebabkan pembelajaran tidak optimal. Memang belajar bukan hanya dari guru, bisa juga dari internet atau buku. Namun dapatkah kalian menjawab sendiri pertanyaan yang muncul dalam benak kalian tanpa pertolongan guru? Guru disini menjadi penunjuk arah kemana kita akan pergi, kemana kita akan berlanjut dari suatu ilmu ke ilmu yang lain.

     Guru menjadi penolong murid ketika ada pertanyaan yang sulit. Bertanyalah kepada gurumu ketika ada kesulitan. Bertanyalah sampai kalian paham apa yang sedang kalian pelajari. Pepatah bilang “Malu bertanya, maka akan sesat di jalan.” Namun banyak bertanya bukan berarti ia tidak pintar dan memalukan. Justru dengan bertanya lebih banyak, maka akan lebih banyak pula ilmu yang kita dapatkan.

     Murid yang baik adalah yang menghargai dan menghormati gurunya. Ketika sang guru sedang menjelaskan sesuatu, cobalah untuk diam dan mendengarkan. Jangan membuat kegaduhan saat guru sedang menjelaskan. Seusai guru menjelaskan, bertanyalah padanya tentang apa yang belum dapat dipahami.

6.  Waktu yang lama

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzvedfYtvNjmDsdVD_odqw_c0vGR3_UVGb1J510L9w_XtPxngl0_KtQKAe3YtN2b4Cb_Br9Hb78_fqrJn0lfkwlD1dHaYgztytjRz87do3_VG582dC7m9xv9nHnImuQlftiq2a8_NdAmc/s1600/waktu+yang+lama.jpg

 

 

     Seperti contoh pada poin ketiga di atas, yakni tentang kesabaran. Mencari ilmu harus dengan kesabaran dan waktu yang cukup/lama. Mempelajari suatu kitab haruslah dengan teliti dan menyeluruh, harus dengan waktu yang lama. Coba bayangkan, bila ilmu yang penting yang seharusnya dituntut selama satu tahun hanya diperoleh selama beberapa hari saja, maka ilmu itu kemungkinan tidak akan bertahan lama dalam ingatan dan tidak dapat pula dikuasai dengan baik. Belajarlah dengan waktu yang lama agar ilmu dapat dikuasai.

 

     Belajar memang membutuhkan waktu yang lama dan dilakukan secara rutin/kontinu. Misalnya, ketika seorang murid belajar pada malam hari di rumahnya. Waktu dan tempat harus direncanakan oleh murid itu, misal lama belajarnya adalah 30 menit sehari dan dilakukan di meja belajarnya. Maka murid itu harus mewajibkan ketetapannya, artinya murid itu harus belajar sesuai dengan waktu yang telah ia tetapkan. Bila ia memilih waktu 30 menit sehari, maka ia juga harus belajar 30 menit tiap hari agar ia semakin pandai dalam ilmu itu. Itu harus dilakukan secara berkelanjutan.

 

     Itulah enam syarat penting dalam mencari ilmu untuk mencapai kesuksesan di dunia dan akhirat. Sekian artikel dari saya, semoga bermanfaat. Aamiin.

 

     Wassalamu'alaikum wr.wb.

 

SUMBER : KITAB AL-ALA KEDIRI

 

0 komentar:

Berikan tanggapanmu, terimakasih!